Project

Profile

Help

Task #8836

closed

Lapor Hoax "JANGAN MINUM KUNYIT"

Added by Lastiko Endi Rahmantyo (lastikoendi@gmail.com) from Lastiko Endi Rahmantyo over 4 years ago. Updated over 4 years ago.

Status:
Closed
Priority:
Normal
Assignee:
Category:
-
Start date:
03/19/2020
Due date:
% Done:

100%

Estimated time:
Company:
Lastiko Endi Rahmantyo
Contact person:
Lastiko Endi Rahmantyo
Additional contact persons:
-

Description

Hoax:
HINDARI KUNYIT DAN TEMULAWAK SEMENTARA WAKTU
https://www.instagram.com/p/B91Bli4HR-P/?igshid=dhur565db4sa

Arahan dari Dr. Taufikurrahman (Dosen Biologi ITB) agar JANGAN
konsumsi/minum kunyit dan temulawak karena mengandung curcumin. Beberapa
penelitian dari jurnal ilmiah telah membuktikan bahwa curcumin
meningkatkan ekspresi enzim ACE2 (Angiotensin-converting-enzyme2) yang
merupakan receptor Covid19, sehingga membuat tubuh lebih mudah menerima
Covid19. Contoh referensi:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4651552/

Begitu pula masukan dari Prof. Daryono (Dekan Sekolah Farmasi ITB) tentang
teori ini bahwa dari literatur yang mereka baca, curcumin dapat
meningkatkan ekspresi ACE2 receptor. Begitu juga dari correspondence yang
dikeluarkan The Lancet, disebutkan bahwa coronavirus berikatan dengan
targetnya dibantu oleh ACE2 receptor.

"Human pathogenic coronaviruses (severe acute respiratory syndrome
coronavirus [SARS-CoV] and SARSCoV-2) bind to their target cells through
angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2), which is expressed by epithelial
cells of the lung, intestine, kidney, and blood vessels."

Data tersebut diambil dari jurnal ini:
https://jvi.asm.org/content/early/2020/01/23/JVI.00127-20

Sehingga sebagai kesimpulan, untuk sementara kunyit dan temulawak justru
dihindari khusus untuk tipe virus ini.

Demikian, sharing sementara dari diskusi di grup Dosen.

Wido Supraha
Channel WA: https://chat.whatsapp.com/1aHA4Epqu395BC9S1SoPTn

#adab #supraha #kunyit #curcumin #temulawak #covid19 #sars #corona
#obatcorona

*Counter: *
Katanya itu salah faham mak..

Semalam sy banyak sekali menerima pertanyaan dan permintaan dari sejawat
dokter, Profesor, peneliti dan praktisi agar sy memberikan penjelasan
ilmiah dan counter-argument yg objektif terhadap argumen yg menyimpulkan
dampak buruk dari Curcumin pada kasus Covid-19.

Rupanya ada penulis argumen yg salah dalam interpretasi dan menyimpulkan
saat ia membaca jurnal 😊🙏🏼.
Dalam hal ini, membaca dan memahami jurnal itu perlu penguasaan akan konsep
reseptor enzim dan competitive binding.

Maaf, sy tak sepakat dengan ilmuwan yang melarang konsumsi temulawak,
kunyit dan curcumin products, hanya karena alasan Curcumin meningkatkan
ekspresi ACE2 miokardium jantung, yg kemudian alasan ini dihubungkan dengan
pernyataan bahwa ACE2 (terutama di alveolus paru) merupakan reseptor dari
protein spike SARS-CoV-2.
Sy menilai bahwa klaim dalam bentuk larangan konsumsi tsb tidak memiliki
dasar ilmiah yg kuat, cenderung oversimplifikasi dan jump to conclusion..
mohon maaf 🙏🏼
Apalagi, mengkonsumsi jamu temulawak dan kunyit itu sudah menjadi tradisi
bangsa selama berabad-abad. Tentunya, upaya pelarangan konsumsinya tidak
boleh dilakukan secara gegabah 🙏🏼.

Oh ya, dalam kepustakaan terakhir yg sy baca, cell entry dari SARS-CoV-2
tidak hanya bergantung pada ikatan protein spike virus dengan reseptor sel,
tapi juga bergantung pada priming protein Spike oleh protease sel inang
(TMPRSS2).

Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa beberapa senyawa dari bahan alam
mampu mengikat secara langsung pada ACE2 receptor maupun protease virus.
Ditambah ada kemampuan sebagai anti-inflamasi dengan cara menekan badai
sitokin, sehingga mencegah perburukan paru.

Perlu sy tekankan, bahwa penjelasan singkat yg saya berikan di sini BUKAN
bermaksud memberikan klaim khasiat Curcumin sebagai obat Covid19, melainkan
memberikan penjelasan manfaat BERDASARKAN penelitian bioinformatika, in
vitro, dan model hewan.

Semoga upaya kecil sy ini bermanfaat 😇..
Terima kasih buat teman2 yg sudah share penjelasan sy ini.
Semoga bisa mengurangi keresahan dan kebingungan masyarakat Indonesia 😇..
Tetaplah mengkonsumsi jamu temulawak dan kunyit, sebab banyak bukti
manfaatnya dan belum ada bukti ilmiah yg menunjukkan bahan alam tersebut
menimbulkan kerentanan terhadap Covid-19 😊.
Dan semoga bahan alam Indonesia (jamu/herbal) yg sudah punya pembuktian
ilmiah bisa secara fair mendapat kesempatan berkontribusi untuk kesehatan
masyarakat 🇲🇨.. aamiin 🤲🏾

*Foto: *

--
Lastiko Endi Rahmantyo
English Department
Faculty of Humanities
Airlangga University
Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan
Surabaya-Indonesia


Files

image.png (101 KB) image.png Anonymous, 03/19/2020 12:59 AM
Actions #1

Updated by Arief Putra over 4 years ago , visible to Lastiko Endi Rahmantyo (lastikoendi@gmail.com) from Lastiko Endi Rahmantyo

  • Status changed from Open to Closed
  • Assignee changed from Anonymous to Arief Putra
  • % Done changed from 0 to 100

Konsumsi Temulawak dan Kunyit Bikin Tubuh Rentan Corona COVID-19, Fakta atau Hoaks?
Liputan6.com, Jakarta - Jamu, minuman kaya akan kandungan rempah ini tengah dimanfaatkan konsumsinya oleh publik sebagai upaya preventif infeksi corona COVID-19. Namun, sudah beberapa hari sejak beredar informasi di media sosial terkait ajakan menghindari konsumsi jamu temulawak dan kunit.

Imbauan ini menyebutkan bahwa dua bahan tersebut malah menjadikan tubuh rentan terpapar virus yang sudah berstatus pandemi tersebut.

"(Masyarakat) Jadi takut mengonsumsi jamu empon-empon yang mengandung temulawak dan kunyit, maupun suplemen herbal berisi senyawa aktif Curcumin," kata Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) dr. Inggrid Tania lewat keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, Kamis (19/3/2020).

Selengkapnya dapat dilihat di https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4206107/konsumsi-temulawak-dan-kunyit-bikin-tubuh-rentan-corona-covid-19-fakta-atau-hoaks

Also available in: Atom PDF Tracking page