Project

Profile

Help

Task #779

closed

TurnBackHoax "Hoax"

Added by Harry Sufehmi over 5 years ago. Updated over 3 years ago.

Status:
Closed
Priority:
Normal
Assignee:
Category:
-
Start date:
10/15/2018
Due date:
% Done:

0%

Estimated time:
Company:
satrionugrh@gmail.com
Contact person:
Satrionugrh
Additional contact persons:
-

Description

From: Satrio Nugroho <>
Subject: Hoax

Pesan dari Pelapor:

Artikel dalam url berikut adalah bohong.

https://kicaunews.com/2018/10/13/oknum-wartawan-arogan-usir-wartawan-lain-saat-acara-mabes-polri/

======
Isi Hoax :

KICAUNEWS.COM – Perlakuan tidak menyenangkan dialami sejumlah wartawan
dalam acara “Workshop Divisi Humas dan Wartawan Unit Mabes Polri” di
The Alana Hotel & Conference Center, Sentul, Jawa Barat, Kamis
(11/10/2018) kemarin.

Dua wartawan yakni Firdausi dari Pojoksatu.id (Jawa Pos Group), dan
Bimo Putro Prihandono alias Imo dari Publicanews.com, dicecar atas
kehadirannya pada acara tersebut. Imo diduga diusir sesama wartawan
atas nama Yusuf Agam, yang merupakan wartawan Inilah.com di lokasi
acara.

“Intinya dia (Agam) bilang wartawan yang nggak ngepos di Mabes (Polri)
enggak bisa ikut acara itu,” ungkap Imo, Jumat (12/10) saat ditanya
Jurnalis.

Menurut Imo, persoalan bermula kala Agam menghampiri kamarnya, Jumat
dinihari, sekira pukul 01.30 WIB. Saat itu, Imo baru saja hendak
beristirahat usai mengetik berita. Imo sempat mengira, kedatangan Agam
hanya untuk mengobrol santai.

Namun, apa yang terjadi tidak sesuai apa yang dipikirkannya, ternyata
Agam serta seorang polisi berpangkat Ipda dan PNS Polri meminta Imo
pergi saat itu juga. Agam menegaskan, Imo tidak layak ikut acara
karena tidak terdaftar dalam absensi workshop.

“Nama saya kan tulis tangan di absen, bukan kayak yang lain yang
diketik. Dia juga bilang ini acara khusus wartawan yang meliput di
Mabes. Kalau saya ada di sini, jadi kacau, yang lain jadi nggak
datang,” kata Imo menirukan ucapan Agam.

Mantan wartawan Harian Nonstop (sekarang The Jak, Rakyat Merdeka
Group) itu menilai dalih yang dikemukakan Agam terkesan dibuat-buat.
Pasalnya, bukan Imo saja yang namanya tidak diketik panitia, ada
beberapa wartawan lain yang tidak terdata dalam absensi.

Kendati begitu, imbuh Imo, hanya dirinya yang dipertanyakan terutama
diminta pergi. Padahal, kehadirannya di lokasi telah mendapat
persetujuan dari PNS Divisi Humas Polri, Bindu Sirait dan Sumarmi
(Mamik) selaku panitia penyelenggara acara.

Termasuk sepengetahuan Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes
Syahardiantono dan staf humas lainnya AKBP Junaedi, saat mendaftar ke
panitia di Mabes Polri.

“Saya diperbolehkan ikut oleh Pak Jun (Junaedi), Pak Bindu, Bu Mamik.
Ada Pak Syahar juga kok, sempat ngobrol di ruangannya. Nah, ini mereka
yang peserta malah ngelarang dan enggak ngebolehin saya. Padahal saya
kan juga pengen cari berita di situ,” paparnya.

Menurut Imo, pengusiran terhadap dirinya sudah diluar batas dan tidak
beradab. Karena Imo mengaku dirinya diusir saat dini hari dan tengah
beristirahat. Selain itu, Imo menambahkan, tidak sedikit dari peserta
acara justru sudah tidak lagi bertugas meliput berita-berita di
lingkungan Mabes Polri.

“Nah saya sekalipun jarang nongkrong di sana, tapi saya sering hadir
di konferensi pers Mabes. Saya juga sering bikin berita Mabes (Polri)
kok, silakan dicek kalau nggak percaya,” katanya.

Enggan memancing keributan, Imo pun akhirnya pergi meninggalkan hotel
saat itu juga. Pasalnya, Imo enggan memancing keributan.

Sementara, perlakuan tidak menyenangkan juga dialami Firdausi.
Wartawan yang bertugas meliput di Polda Metro Jaya dan Mabes Polri
ini, sempat dipertanyakan keikutsertaannya oleh wartawan Tempo, Andita
Rahma.

“Saya ditanya sama anak Tempo (Andita), ‘Emang mas udah di-list
(namanya)?’ Nanyanya dengan nada sinis,” jelas pria yang karib disapa
Daus ini.

Nama Firdausi sendiri terdaftar sebagai peserta workshop. Tak seperti
Imo yang ditulis tangan, namanya telah diketik dalam absensi peserta.
Lebih lanjut, beredar informasi bukan hanya Imo dan Firdausi yang
mendapat perlakuan tidak menyenangkan.

Namun, ada beberapa wartawan lainnya yang dinilai tak memenuhi syarat
untuk ikut acara itu. Kendati begitu, para wartawan ini memilih diam
tak menanggapi.

Sementara, menurut panitia penyelenggara Mamik, tak ada hak bagi para
wartawan melarang kehadiran wartawan lainnya pada acara. Kehadiran Imo
di lokasi tersebut, telah mendapat persetujuan penyelenggara.

“Kenapa pulang? Kan sudah dikasih kamar,” ujarnya.

Mamik juga mempertanyakan identitas wartawan yang mengusir. Menurut
dia, pihaknya telah memastikan semua wartawan kebagian kamar untuk
beristirahat. Sehingga tidak ada alasan wartawan tidak mendapatkan
tempat.

“Siapa yang mengusir? Saya semalam juga sudah ngomong sama yang bagi
kamar (jadi enggak ada alasan diusir),” jelas dia.

Insiden pengusiran ini disesalkan sejumlah wartawan. Eko, jurnalis
surat kabar nasional yang lama meliput di Mabes Polri, mengaku aneh
dengan ulah oknum wartawan tersebut. Apalagi, sikapnya seolah panitia
penyelenggara yang menggunakan anggaran pribadi untuk kegiatan
tersebut.

“Itu wartawan sikap dan tindakannya kok kayak humas ya? Menentukan
wartawan lain boleh atau tidak ikut acara, melarang-larang. Enggak
bisa seperti itu. Mereka itu wartawan atau petugas humas? Atau
jangan-jangan Wartawan rasa humas?” tegas Eko.

Eko menilai perlu tindakan tegas terhadap oknum wartawan tersebut.
Bahkan, bila perlu perusahaan media massa tempat jurnalis itu bekerja,
memberi sanksi tegas karena dianggap telah merusak nama baik
perusahaan.

Tujuannya agar peristiwa serupa tak terjadi di kemudian hari. Begitu
juga dengan oknum polisi yang mendampingi wartawan untuk mengusir Imo
dari lokasi acara.

“Seharusnya kan polisi menjadi mitra wartawan. Apalagi Kapolri
(Jenderal Tito Karnavian) punya slogan Promoter (Profesional, Modern,
Terpercaya) yang wajib dipatuhi dan diaplikasikan seluruh jajarannya,”
terang pria berkacamata itu.

Sementara wartawan senior lainnya, Nina, tak habis pikir dengan
perilaku oknum wartawan yang bersikap arogan itu. Reporter TV nasional
tersebut mengecam ulah oknum wartawan yang diduga telah bertindak di
luar kewajaran.

“Sombong banget ya kalau info (pengusiran) itu benar. Tahun ’90-an
saya ini termasuk media top dari SCTV, tapi nggak mau arogan. Heran,
baru jadi wartawan setahun dua tahun lagaknya sudah kayak senior.
Serem banget ya diusir malam-malam dari sana,” tandasnya. (Rls/Tris).

--
This e-mail was sent from a contact form on TurnBackHoax
(https://www.turnbackhoax.id/lapor-hoax/)


Files

Screenshot_20181015-094715.jpg (295 KB) Screenshot_20181015-094715.jpg Harry Sufehmi, 10/15/2018 04:53 AM
Actions #1

Updated by Riza Dwi over 3 years ago

  • Status changed from Open to Closed
  • Assignee set to Riza Dwi

Also available in: Atom PDF Tracking page