Project

Profile

Help

Task #466

closed

TurnBackHoax "Peristiwa Mei 1998 dinyatakan oleh penulis www.eramuslim.com adalah HOAX"

Added by Harry Sufehmi almost 6 years ago. Updated over 3 years ago.

Status:
Closed
Priority:
Normal
Assignee:
Category:
-
Start date:
06/01/2018
Due date:
% Done:

100%

Estimated time:
Company:
mobilum_panokuan@yahoo.com
Contact person:
Mobilum Panokuan
Additional contact persons:
-

Description

From: Mobilum panokuan <>
Subject: Peristiwa Mei 1998 dinyatakan oleh penulis www.eramuslim.com
adalah HOAX

Pesan dari Pelapor:

Mohon cek artikel/berita tsb benar atau hoax ?
Karena kami juga ikut MELAWAN HOAX a.l di beberapa WAG yg saya ikuti
banyak di-posting berita hoax,
Artikel di atas sdh sy cek di HBT & www.turnbackhoax.id & di
www.cekfakta.com, tetapi blm ada tersedia infonya.
Bls & trm ksh

======
Isi Hoax :

TERUNGKAP! Ternyata Berita Pemerkosaan Massal atas Etnis Tertentu di
Kerusuhan Mei 98 HOAX

https://www.eramuslim.com/berita/nasional/terungkap-ternyata-berita-pemerkosaan-massal-etnis-cina-di-kerusuhan-mei-98-hoax.htm
22 Mei 2018

Eramuslim – Usai meliput di Monumen Mahatma Gandhi dan Museum
Jawaharlal Nehru di New Delhi, saya menuju Wisa Duta Kedutaan Besar
Republik Indonesia di kawasan Chanakyapuri, New Delhi, India.

Petang itu pada akhir Mei 2011 lalu, saya diterima Duta Besar Luar
Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk India, Letnan
Jenderal (Purn) Andi Muhammad Ghalib.

“Shubh sundhyaa. Aapka swaagat haiPA katanya dalam bahasa India.Ia
tersenyum dan meminta saya membuka kamus bahasa India. Ungkapan itu
berarti selamat malam dan selamat datang.

Salah satu obrolan malam itu seputar peristiwa kerusuhan Mei 1998.
Ghalib pada Mei 1998 masih sebagai Kepala Badan Pembinaan Hukum
(Kababinkum) ABRI, dengan pangkat mayor jenderal. Hampir tiga tahun ia
menyandang pangkat mayor jenderal dalam usia menjelang 53 tahun.
Jabatan sebelumnya adalah Oditur Jenderal ABRI istilah lain untuk
jaksa agung militer.

Namun pertanyaan saya bukan dalam kapasitasnya sebagai Oditur Jenderal
ABRI maupun Kababinkum ABRI, melainkan sebagai Jaksa Agung. Ia
dilantik Presiden BJ Habibie sebagai Jaksa Agung pada 15 Juni 1998.
Sekaligus dinaikkan pangkatnya menjadi letnan jenderal. Sebuah hadiah
hari kelahirannya ke 53 tahun.

Salah satu pertayaan saya yang membuat dia harus bolak balik ke meja
kerjanya, seputar isu perkosaan massal pada kerusuhan Mei 1998.
“Bohong itu! Merusak citra Indonesia di mata dunia. Ada orang Cina
yang kurangajar membuat CERITA PALSU di Amerika,”
kata Ghalib. Ia
meminta saya menghubungi Letnan Jenderal (Purn) Moetojib, jika sudah
kembali ke Jakarta.

Ghalib pun menceritakan sebagai jaksa agung mendapatkan laporan
tentang berita bohong (HOAX dalam istilah sekarang) tersebut.
Termasuk berkoordinasi dengan Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara
(Bakin), Letnan Jenderal (Purn) Moetojib dan Kepala Polri, Letnan
Jenderal Polisi Roesmanhadi.

Ia kemudian memperlihatkan dokumen dari FBI, Biro Penyelidik Amerika.
Lembaga itu menyatakan bahwa kasus perkosaan massal merupakan MODUS
PENIPUAN DARI SEJUMLAH WARGA KETURUNAN CINA DI INDONESIA UNTUK
MENDAPATKAN "SUAKA POLITIK.
dus penipuan dari sejumlah warga
keturunan Cina di Indonesia untuk mendapatkan suaka politik. Dokumen
tersebut didapatnya saat menjadi anggota DPR RI pada 2004-2009.

Dokumen FBI 2004 itu, menurut Ghalib memperkuat hasil tim khusus yang
dibuat pemerintah BJ Habibie pada 1999. Dalam laporan tim, tidak
ditemukan data-data dan fakta-fakta,
baik di rumah sakit, maupun
apartemen yang disebutkan telah terjadi perkosaan massal itu.

Ya, FBI melaporkan dalam sebuah operasi dengan nama sandi Operation
Jakarta. Mereka menangkap 26 anggota sindikat pemalsu dokumen suaka.
Operasi rahasia dilakukan serentak di lebih dari 10 negara bagian di
Amerika Serikat.

“Pemimpin sindikat ini adalah Hans Guow, WNI keturunan Cina, ”
kata Jaksa Penuntut Wilayah Virginia, Paul J McNulty yang menangani
kasus ini.

Kami membaca dokumen rahasia itu di ruang makan keluarga, sambil makan
malam ditemani Andi Murniati, istri Andi Muhammad Ghalib.

Itulah operasi yang dilakukan terhadap sejumlah WNI keturunan Cina
yang meminta suaka politik dengan alasan menjadi korban perkosaan
dalam peristiwa Mei 1998 di Jakarta dan sekitarnya.

Setelah menyelidiki selama dua tahun, pada Senin, 22 November 2004
satuan tugas rahasia pemerintah Amerika Serikat menggelar operasi
tersebut. Para tersangka dikenai tuduhan sama, yakni memalsukan
dokumen suaka serta berkonspirasi dalam pemalsuan berbagai dokumen.

Awalnya, mereka hanya membantu menyediakan dokumen asli tapi
palsu.
Setelah berhasil mengelabui pihak berwenang dengan memalsukan
izin kerja dan nomor jaminan sosial, mereka mulai menyiapkan aplikasi
suaka politik palsu.
Menyiapkan skenario pengakuan palsu seperti diperkosa atau dianiaya
dalam kerusuhan Mei 1998.

“Cerita tentang penyiksaan itu sangat seragam, karena para pencari
suaka menghafalkan kata demi kata secara persis seperti yang
diajarkan,” kata Jaksa McNulty.

Mereka pun mengajari kliennya untuk menangis meraung-raung dan
memohon dengan emosional untuk mengundang simpati petugas. Banyak yang
menceritakan kisahnya begitu sama persis. Misalnya, diperkosa sopir
taksi. Pengakuan itu meluncur dari mulut 14 perempuan WNI keturunan
Cina yang mengajukan permohonan suaka sejak 31 Oktober 2000 hingga 6
Januari 2002.

“Mereka mengaku diperkosa karena sebagai WNI keturunan Cina,” kata
Dean McDonald, agen spesial dari Biro Imigrasi dan Bea Cukai
Kepabeanan Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat di negara
bagian Virginia.

Voice of Amerika juga membuat liputan investigatif tentang isu
perkosaan massal itu. Mereka keluar masuk berbagai lokasi yang
dicurigai sebagai  tempat kejadian perkara perkosaan massal, dan
mencoba mewawancarai berbagai pihak. Tapi hasilnya nihil!

Memang ada kasus perkosaan, tetapi bukan massal. Bukan hanya pada Mei
1998. Hampir tiap bulan juga ada kasus perkosaan di sejumlah tempat di
Jakarta dan lainnya. Kasus kriminal biasa. Hasil penyidikan FBI
akhirnya membongkar kebohongan itu. 

Itulah salah satu isu dahsyat tentang pemerkosaan massal atas para
perempuan etnis Cina pada saat kerusuhan Mei 1998. Dengan sistematis
mereka meniupkan isu tentang isu perkosaan itu, dengan berbagai cerita
di berbagai media, dengan berbagai cara dan sarana, baik di dalam dan
luar negeri.

Yang paling kontroversial adalah kisah hoax yang diceritakan seorang
gadis keturunan Cina bernama Vivian. Cerita palsu itu muncul pada
pertengahan Juni 1998.  Di situ ia mengaku tinggal bersama orang
tuanya di lantai 7 sebuah apartemen di kawasan Kapuk, Jakarta Utara.

Saat penyerbuan itu mereka memperkosa Vivian, saudara, tante dan
tetangga-tetangganya. Kisahnya ditulis secara deskriptif, detail dan
menyentuh, sehingga mampu membangkitkan emosi. Bahkan ‘Majalah
Jakarta-Jakarta’ mengutip cerita perkosaan itu.

Sayang sekali majalah tersebut menyebarkan berita hoax yang
mempermalukan bangsa Indonesia.

Di internet pun muncul foto-foto berisi gambar para korban kerusuhan
Mei 1998. Sejumlah website memuat foto-foto yang luar biasa sadis dan
mencekam, seolah-olah sebagai foto kerusuhan Mei 1998 dan
korban-korban perkosaan massal itu.

Tayangan tersebut mengundang emosi luar biasa bagi etnis Cina di
seluruh dunia. Mereka menuduh orang-orang Cina di Indonesia akan
dibinasakan, seperti kasus The Rape of Nanking, saat pendudukan Jepang
ke Cina, pada 1937.

Setelah pengakuan Vivian itu, para wartawan dalam dan luar negeri
berupaya menelusuri petunjuk tersebut, Hasilnya nihil. Hal yang sama
dialami aparat kepolisian dan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF),
hasilnya pun sama, nihil!

Warga di sekitar apartemen yang disebut sebagai tempat tinggal Vivian
menjawab, tidak ada dan tidak pernah terdengar adanya  remaja putri
Cina yang diperkosa saat kerusuhan Mei 1998.  Beberapa saksi  malah
menyebutkan, mereka sudah kabur ke luar negeri sebelum peristiwa
kerusuhan itu.

Seperti saran Ghalib, saya pun menemui Moetojib saat kembali ke
Jakarta. Ceritanya pun sama. Bangsa Indonesia dipermalukan WNI
keturunan Cina yang membuat berita bohong.

Jadi, jika masih ada yang percaya tentang kasus perkosaan massal
terhadap WNI keturunan Cina pada Mei 1998, segera beranguslah dari
pikiran busuk itu. (rol)

 Selamat Ginting, Jurnalis Republika

mohon diviralkan

--
This e-mail was sent from a contact form on TurnBackHoax
(https://www.turnbackhoax.id/lapor-hoax/)

Actions #1

Updated by Arief Putra over 3 years ago , visible to Mobilum Panokuan (mobilum_panokuan@yahoo.com) from mobilum_panokuan@yahoo.com

  • Status changed from Open to Closed
  • Assignee set to Arief Putra
  • % Done changed from 0 to 100

Terimakasih atas aduan anda. Berikut artikel terkait aduan anda.

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komnas Perempuan periode 1998-2006 Ita Fatia Nadia mengatakan, banyak hal yang sering dilupakan dalam peristiwa kerusuhan pada Mei 1998. Salah satunya, kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi 22 tahun silam. "Jadi memang penembakan di Trisakti ya. Tetapi ada peristiwa penjarahan yang luar biasa, dan peristiwa penjarahan diikuti dengan peristiwa penganiayaan, pemerkosaan dan pembunuhan," kata Ita dalam konferensi pers bersama Amnesty International Indonesia, Rabu (20/5/2020).

Selengkapnya dapat dilihat pada https://nasional.kompas.com/read/2020/05/20/21123751/kekerasan-terhadap-perempuan-peristiwa-yang-terlupakan-saat-tragedi-mei-1998?page=all.

Also available in: Atom PDF Tracking page